Monday, November 10, 2014

Makna Hari Pahlawan



Pahlawan, ya begitu mendengar kata pahlawan, mungkin sebagian dari kita berpikir tentang perang, Bung Tomo, Peretempuran Surabaya dan lain sebagainya.  Memang awal mula lahirnya hari pahlawan tanggal 10 November karena peristiwa Pertempuran Surabaya.  Dalam pertempuran 10 November 1945 itu, 6.000-16.000 pejuang Indonesia tewas akibat serangan yang diluncurkan oleh pihak Inggris. Akibat banyaknya pejuang Indonesia yang gugur dalam peristiwa itu, maka  10 November dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh bangsa Indonesia.

“Negara yang besar adalah yang tidak melupakan Jas Merah”, begitu kata Bung Karno. Hal ini senada dengan ungkapan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan. Beragam cara dilakukan untuk memperingati jasa para pahlawan, mulai dari mengikuti upacara bendera ataupun berziarah ke taman makam pahlawan. Beragam pula makna hari pahlawan menurut masyarakat. Bagaimana mereka memaknai hari pahlawan pun turut mempengaruhi bagaiman cara mereka dalam mengenang hari pahlawan.

Pahlawan di era modern ini sebenarnya lebih tepat jika didefinisikan sebagai seseorang yang melakukan hal kecil keikhlasan.  Pahlawan bukanlah seseorang yang selalu melakukan perjuangan yang besar, namun dengan hal kecil saja siapapun kita  dapat menjadi pahlawan asal dalam melakukan hal tersebut dilandasi dengan penuh keikhlasan.  Intinya keikhlasan yang lahir dari dalam hati adalah ciri dari jiwa kepahlawanan.

Lalu, bagaimana kita sepatutnya mengenang jasa pahlawan? Mungkin sebagai pelajar berpikir dengan belajar tekun sehingga suatu saat nanti dapat mengharumkan nama bangsa dengan keahlian yang dimiliki. Itu memang tidak salah. Asal semua itu dilakukan dengan kesadaran dari hati bukan karena tuntutan belaka. 

Warga negara yang baik adalah warga negara yang tidak hanya menuntut hak dari negara tetapi juga ikut berkontribusi dalam kemajuan bangsa. Tidak masalah seberapa besar kontribusi kita bagi negara, yang penting bersifat positif dan ikhlas. Jadi, sebagai pelajar atau mahasiswa, sudah ikhlaskah kita menuntut ilmu supaya kelak ilmu tersebut dapat diamalkan bagi negara? Atau masih berpikir bahwa menuntut ilmu saat ini hanyalah rutinitas belaka?

setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada menyerah “ – Pramoedya Ananta Toer

--vn--
 

No comments:

Post a Comment